Trip Solo untuk Berobat: Jangan Pergi Sendirian

Sudah lama tidak bepergian sendiri yang tujuannya tidak terkait pekerjaan. Baru kali ini merasakan emosi asing — tidak nyaman karena akan pergi sendiri, hal yang tidak biasa bagi saya.

Kania Raras
3 min readSep 30, 2024

Walaupun saya terbilang sering bepergian sendiri sejak zaman sekolah dulu — nasib perantau dari luar Pulau Jawa — saya baru sadar sudah lama sejak saya ke luar kota sendiri tanpa suami atau teman seperjalanan.

Kamis malam saya naik kereta dari Gambir tujuan Solo Balapan. Trip kali ini memang bukan untuk jalan-jalan, melainkan ada urusan kesehatan di Solo. Kebetulan, suami tidak bisa mendampingi perjalanan bulan ini.

Bertolak dari Jakarta diantar oleh sisa-sisa hujan

Ketika memesan semua akomodasi yang dibutuhkan, saya merasa biasa-biasa saja. Baru ketika menjelang keberangkatan, saya didera perasaan tidak nyaman, yaitu agak malas berangkat dan seperti ada yang mengganjal di hati.

Ini aneh bagi saya, karena biasanya bepergian sendiri selalu terasa menyenangkan. Saya bisa membayangkan menikmati hal-hal sederhana sepanjang perjalanan: mendengarkan musik, menulis konten, membaca, atau sekadar mengamati orang-orang sekitar. Tapi kali ini, memikirkannya saja bikin saya agak muram.

Bisa jadi karena tujuan bepergian kali ini lumayan berbeda, ada kebutuhan berobat. Saya sempat merenung: ah, biasanya juga saya selalu pergi sendiri kalau perlu ke rumah sakit untuk kontrol rutin. Ini, kan, sama saja. Ternyata tidak sama.

Pergi ke rumah sakit yang dekat dari rumah tidak bisa dibandingkan dengan pergi berobat ke luar kota. Saya pikir-pikir lagi, sepertinya itulah yang membuat saya didera perasaan mengganjal di trip kali ini.

Perjalanan delapan jam di kereta berakhir di Solo Balapan tepat pukul 06.55 pagi keesokan harinya. Turun dari kereta, saya langsung cuci muka, sikat gigi, dan bebersih sekenanya di toilet stasiun sebelum langsung bertolak ke tempat tujuan dengan taksi.

Sebelum berangkat ke Solo, saya sudah memetakan rencana: setelah berobat, saya mau makan A, ngopi dulu di kafe B, baru berangkat ke Yogya untuk menginap di rumah orang tua, sebelum kembali ke Jakarta. Nyatanya, tidak ada keinginan untuk berlama-lama di Solo. Selesai konsultasi, saya malah langsung ke stasiun Solo Balapan, mencari kereta tercepat ke Yogya. Imajinasi ngopi santai sejenak di kafe pun tidak menggiurkan — aneh!

Menunggu kereta ke Yogya sambil menikmati kursi pijat

Saat menulis draf ini, saya sedang di Bandara Internasional Yogyakarta, menunggu penerbangan pulang ke Jakarta. Ada perasaan lega karena sebentar lagi akan kembali ke rumah. Di momen akhir trip ini, saya menyimpulkan: lain kali, jangan pergi sendiri kalau perlu berobat ke luar kota. Belajar dari pengalaman :)

Meski masih tak tahu apa penyebab rasa mengganjal itu, juga namanya, yang penting saya tahu apa yang harus saya hindari untuk trip serupa berikutnya. Selalu ada buah yang bisa kita petik dari proses merenung atau refleksi diri, bukan?

Yogyakarta, 29 September 2024

--

--

Kania Raras

Content Strategist dengan >10 tahun pengalaman kerja di industri media dan perusahaan teknologi; senang menulis puisi, prosa, dan esai kreatif.